Tuesday, March 2, 2010

Angkutan Umum Yang Layak

Kalau berbicara mengenai angkutan umum zaman sekarang, tahun 2010, bulan Maret, salahkah bila kita berharap bahwa angkutan umum di Indonesia, khususnya di Jakarta, sudah menjadi angkutan umum yang layak dan pantas dibanggakan dan dimanfaatkan.

Tapi agaknya kita masih hanya bisa berharap dan bermimpi. Karena hingga saat tulisan ini dibuat, angkutan umum kita masih sangat jauh dari layak dan pantas dimanfaatkan.

Semua seperti dalam lingkaran s**tan, karena alasan supir dan kenek, "sedang mencari setoran", "banyak pungli", "onderdil mahal", "BBM naik", sementara alasan pebisnis, "perusahaan merugi", "biaya perawatan mahal", "banyak pungli", dsb.

Saya hanya merasa janggal, sejak masa saya kuliah di tahun 1992, perusahaan angkutan umum (bis kota) sudah ada, dan tahun itu bukanlah tahun pertama perusahaan itu berdiri, jadi kalau dihitung-hitung, sudah 18 tahun, bahkan lebih, perusahaan itu berdiri. Kalau dibilang usaha angkutan umum itu masih merugi, koq ya sepertinya TIDAK MASUK AKAL. Masa sih ada pebisnis yang usahanya sudah 18 tahun lebih dan masih merugi, tetapi tetap mempertahankan usaha nya itu. Tidak logis kan ???

Jadi menurut pemikiran saya, usaha angkutan umum itu SANGAT JAUH DARI MERUGI, kalau tidak bisa dibilang sebagai usaha yang "BASAH". Dan menurut pemikiran saya, yang disebut sebagai usaha yang merugi sebetulnya adalah keuntungan bersih yang didapat sang pebisnis tidak mencapai target keuntungan yang dia canangkan. Misalkan dia berambisi mendapatkan keuntungan bersih 200 JUTA, tetapi keuntungan yang akhirnya didapat hanya 199 JUTA, nah itulah yang disebut merugi.

Sebab dari akal sehat aja, sudah sangat jauh dari masuk akal, masa usaha yang berumur lebih dari 18 tahun dan masih merugi, masih tetap dipertahankan ??

Saya juga ingin membahas dari sisi supir/pengemudi. Ingatlah bapak-bapak supir/pengemudi, nasi yang ada di piring, makanan yang anda makan, itu dari uang ongkos yang penumpang beri. Jadi penumpang yang membiayai anda hidup. Jadi perlakukan penumpang selayaknya, sepantasnya dan sewajarnya. Jangan perlakukan penumpang, bagaikan benalu menumpang gratis dari anda. Anda membutuhkan penumpang sebagaimana penumpang membutuhkan anda.

Pikirlah, pada saat sebagian besar penumpang sudah jenuh dan muak dengan sikap anda, dan memutuskan menggunakan kendaraan pribadi saja, anda tak akan sanggup hidup. Karena tak akan ada lagi banyak penumpang untuk anda.

Saat ini penumpang memang masih banyak, tapi tidak menjadi alasan bagi anda untuk menjadi PONGAH dan bertingkah BAGAI RAJA JALANAN. Ok, anda yang menyetir, mobil dalam kuasa anda, tapi ingat, sekali lagi ingat, anda makan, anda punya rumah, anda beli pakaian, itu dari uang ongkos kami.

P4K - Pengamen, Pengasong, Pengemis dan Pelaku Kriminal

Pengamen
Ada cerita menyebalkan tentang pengamen akhir-akhir ini. Mereka sering kita temui di tempat-tempat makan K5 atau warung-warung makan sederhana dekat area perkantoran. Nah, sekarang-sekarang ini, mereka mulai menunjukkan gejala tidak menyenangkan. Bila mereka mengamen di suatu meja dengan ada 6 orang yang sedang makan, mereka akan menunggu 6 kali tanda usiran dari orang yang sedang makan, bila ternyata keberatan memberikan mereka uang.
Bayangkan, kalau yang makan di dekat kita bukan orang yang cepat tanggap atau merasa perlu mengangkat tangan tanda tidak akan memberi uang. Kita pasti akan tersiksa dengan nyanyian mereka, terutama jika ternyata suaran mereka tidak menyenangkan dan suara alunan petikan gitar mereka sumbang bin rombengan.
Pengemis
Ada cerita unik (tapi buatku itu menyesakkan), yang pernah saya alami beberapa tahun silam, di masa saya masih begitu naif memandang segala sesuatu. Suatu pagi, ketika saya dalam perjalanan ke kantor, mobil angkot yang saya naikin berhenti pas di lampu merah. Dan di bawah lampu merah biasanya saya melihat seorang pengemis, berpakaian kotor, lusuh dan tak terawat. Tapi pagi itu, dia tidak ada di sana. Pikirku, mungkin dia sudah mendapatkan pertolongan yang layak dan bisa hidup wajar. Tak lama seorang pria datang, membawa kantong kresek. Pakaian nya, walau bukan pakaian baru, tapi yang jelas bersih dan rapi, ada garis-garis pakaian yang disetrika. Seketika hati ini bertanya-tanya, ada apa dia kesana, dan duduk di sana. Jawaban nya mengejutkan dan menjengkelkan hati. Betapa tidak, dia berganti pakaian dengan pakaian kotor, lusuh dan compang-camping!!!
Astaga, ternyata dia yang sering berada di sana. Hati ini benar-benar mangkel, tapi aku hanya bisa diam seribu bahasa.
Sejak saat itulah, tidak ada lagi hati tergerak kepada makhluk yang namanya pengemis, selusuh dan sedekil apapun, cacat secacat apapun. Tidak ada kata kasihan, apalagi pingin berbagi kepada mereka. Walaupun mungkin ada benar-benar manusia yang tersia-sia di jalan, dan tak ada lagi jalan lain selain mengemis, tapi hati ini sudah terlanjur "mengeras".
Mereka tak ubahnya makhluk pemalas, pencari jalan cepat mencari sesuap nasi.
Mungkin sikap seperti itu ada di sekitar kita juga, dan sayangnya mereka tak berpakaian kotor, lusuh dan compang-camping, seperti layaknya seorang pengemis. Mereka ini berpakaian rapi dan wangi. Mereka ini yang justru lebih berbahaya. Sayangnya, terkadang kita sulit mendeteksi mereka. Mereka ibarat serigala berbulu domba.
Tapi inilah hidup, keras memang, tapi harus tetap kita jalani sampai waktu kita kembali pada Nya.