Wednesday, September 28, 2011

Etika Di Jembatan Penyebrangan

Dalam kehidupan, selalu ada etika di manapun. Termasuk etika di saat kita menyebrang dengan menggunakan jembatan penyebrangan.
Sebagaimana biasa, jembatan penyebrangan terbagi dalam 2 (dua) jalur, untuk arah yang berlawanan. Dengan lebar jembatan yang sempit, khususnya pada bagian tangga, jadi 2 jalur tersebut hanya bisa diisi dua orang dengan arah yang berbeda, satu naik dan satu turun. Tapi seringkali kita lihat dan alami, banyak orang melupakan etika ini. Mereka berjalan berdua berjejeran, menggunakan dua jalur untuk arah yang sama. Dan lebih sering tak mau menyingkir ketika dari arah yang berlawanan ada orang yang mau lewat. Hal yang sama terjadi ketika ada orang mau lewat dari arah yang sama namun tidak bisa lewat karena dua orang tersebut tidak mau membiarkan orang melewati mereka. Mereka berjalan sangat-sangat lambat, sambil mengobrol tertawa-tawa. Sementara ada orang di belakangnya yang mau lewat tapi terpaksa harus tetap berjalan-pelan tanpa bisa mendahului.

Sayangnya orang-orang seperti itu, ketika didahului biasanya menjadi beringas. Saya sempat mengalaminya dan hampir jatuh tersungkur ketika didorong oleh orang tersebut. Dan yang mengagetkan adalah orang itu seorang perempuan. Agaknya ketidak warasan dan kebrutalan prilaku itu bukan hanya milik laki-laki.

Monday, September 19, 2011

Eurosport

Semalam, walau terngantuk-ngantuk, saya menyaksikan pertandingan final Europe Volleyball Championship antara Italia dan Serbia. Sejak beberapa waktu lalu, menyaksikan Serbia melawan Perancis di perempat final, saya menjadi begitu tertarik menyaksikan pertandingan bola voli tingkat kaliber dunia ini. Sungguh sangat menarik dan menegangkan. Teknik dan permainan mereka begitu "cantik".

Sungguh sangat beruntung saya "akhirnya" mendapat kesempatan menonton tayangan olah raga bermutu. Olahraga voli yang dulu tidak mendapat tempat di hati saya, ternyata olahraga yang menarik untuk disaksikan. Selama ini mungkin karena sangat terbatasnya tayangan olahraga di televisi. Hanya sepakbola, bulu tangkis dan balap mobil/motor yang melanglang buana dengan bebasnya di televisi.

Kalaupun ada tayangan olahraga selain ke empat cabang di atas, itu terjadi saat ada olympiade, atau menjadi feature di salah satu berita harian.
Sungguh sangat menyenangkan bisa menyaksikan tayangan olahraga lainnya di televisi. Tenis, Voli, Atletik, Senam, Rugby, bisa disaksikan dengan "bebas".


Thursday, September 15, 2011

Pengemis 200 Ribu

"Seorang pengemis yang ngontrak di saya bilang, paling apes mereka dalam sehari dapatnya Rp 200 ribu per hari. Tapi umumnya mereka dapat uang sekitar 500 ribu-Rp 600 ribu per hari," ujar Hanson."

Wow, minimal dapat 200 ribu sehari, pantas makin hari begitu banyak orang "berlomba-lomba" menjadi pengemis. Sebegitu hebatnya fenomena pengemis yang bisa mendapatkan uang banyak dari mengemis. Sepertinya sudah saatnya orang berhenti memberikan uang pada sosok pengemis dan mengembalikan harkat dan martabat orang Indonesia, serta mengubah mental dari orang yang mau dapat uang banyak dengan cara "mudah" dan "cepat", menjadi orang yang mau bekerja keras demi mendapat uang yang layak.

Sejak sempat mengalami beberapa kali masa kosong alias tidak mendapat pekerjaan setelah memutuskan keluar dari kantor sebelumnya, saya bisa memahami betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan, walau seorang sarjana sekalipun. Karena begitu kerasnya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Banyak sekali aturan-aturan yang diskriminative, misal dari segi gender, usia, tinggi badan, berat badan, penampilan atau pengalaman kerja.

Dengan usia yang mendekati 40 tahun, sudah banyak kesempatan kerja yang otomatis tertutup "pintu" nyaa, karena banyak yang mencari di usia yang muda, maximal 25, maximal 35, dsb.
Juga kebanyakan dari mereka hanya mencari yang sudah berpengalaman. Bagaimana orang bisa mendapatkan pengalaman, bila kesempatan bekerja saja sudah tidak ada.

Tidak heran, banyak orang yang menjadi putus asa dan berpaling pada "profesi" sebagai pengemis. Dari sisi kriminalitas, pengemis memang masih cukup "aman", ketimbang jadi pencopet, pemalak, penodong, perampok, dll. Tapi dari sisi lain, kehadiran pengemis sungguh menjadi suatu yang "mengganggu", karena umumnya mereka sungguh dalam keadaan tidak layak dipandang, kotor, berbau tidak sedap dan kadang berprilaku agresif, dengan menyentuh kita hanya untuk mendapatkan perhatian kita, dengan harapan kita memberikan uang pada mereka.

Sesungguhnya, bila kita
"sekedar" memberikan uang pada mereka, itu hanya merupakan "solusi" yang sementara, tentunya bagi mereka yang memang sudah berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak dan "terdampar" menjadi pengemis. Karena untuk mereka yang memang "mendedikasikan" diri mereka menjadi seorang pengemis, mendapatkan uang dari pengemis adalah tujuan mereka dan menjadikan mengemis sebagai pekerjaan mereka.

Dibutuhkan solusi yang permanen, efektif dan efisien untuk mengurangi jumlah pengemis yang semakin banyak. Mendirikan shelter, di mana si pengemis bisa mendapatkan tempat, makanan, sekaligus binaan untuk mencari pekerjaan, lebih bagus lagi bila mereka juga bisa mendapatkan bantuan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai kemampuan dan minat mereka. Tentunya pembinaan moral juga harus didapatkan di sini, sehingga mereka bisa melepaskan diri dari mental mengemis, khususnya pagi mereka yang selama ini memilih menjadi mengemis sebagai profesi, bukan karena tidak ada pilihan lain.

Wednesday, September 14, 2011

I am not surprise

Frankly, I am not surprise. These days I found out that there are so many evil in this place. People stab each other back, people suck and lick the boss's ass. People that becoming a spy to each other. No wonder, it was my time to leave the place. But unfortunately I was trapped in a very bad situation that made me take the bait and back to this hell hole.
Furthermore, I don't want to make friend here, I don't come here to make friend. It's just a place for make cashes. No more than it.
So, I don't have to be friend with those evil bastards. I have to be more careful about what I am doing and saying. Since it's been my belief to trust no one. No one can be trust, but yourself.

June Misery, July Emptiness, August Sorrow

Terakhir aku mengisi blog ini, adalah saat aku akan pindah kerja ke suatu kantor di daerah pakubuwono. Ternyata sesuai dengan feeling aku saat itu, kepindahanku ke sana menjadi bagai neraka di bumi. Bulan Juni menjadi bulan penuh penderitaan. Berakhir dengan buruk, sehingga Juni menjadi bulan tanpa pemasukan, karena gaji yang seharusnya aku terima, dipotong sebagai pinalty fee, karena aku keluar sebelum masa kontrak berakhir.
Akhirnya July kujalani dengan hati galau, karena berhenti bekerja tanpa pekerjaan yang baru. Untunglah walau begitu, aku masih dapat mencukupi biaya hidup sebulan itu. Karena ternyata aku masih mendapatkan "uang pisah" yang lumayan dari kantor sebelumnya. Walau cuma bekerja selama 9 (sembilan) hari di bulan Juni, aku masih mendapatkan nilai gaji yang lumayan. Memasukin agustus aku mulai didera rasa kuatir, karena belum juga mendapat pekerjaan yang baru. Permintaan untuk kembali bekerja di kantor yang lama, masih belum mendapat jawaban, walau sudah kuajukan sejak pertengahan Juni.
Akhirnya tepat tanggal 8 Agustus 2011, aku kembali bekerja. Walau ini bukan lah tempat yang kuinginkan sebagai tempat berlabuh, tapi mau tidak mau, aku harus menjalaninya dengan tenang. Paling tidak sampai akhirnya aku menemukan kembali jalan ku yang membuat hati ini tenang....

Semoga saja itu tidak akan lama lagi...