Mengutip berita dari Detik.com, telah terjadi gempa yang berpusat di Tasikmalaya dan di'nikmati' bersama rakyat Jakarta dan sekitarnya.
Kepanikan terlihat dan terasakan benar, seperti yang aku alami di gedung Century. Kantor ku yang berada di lantai 3, juga turut 'mencicipi' getaran hebat. Awalnya kami mengira dikarenakan penghuni lantai 4 yang kerap kali membuat ruang kantor kami seolah bergoyang-goyang. Tapi setelah dirasa-rasa, lantai pun bergoyang-goyang, seketika itu juga kami serentak berhamburan ke tangga darurat. Di sana kami bergabung dengan para tenant lain, dari lantai atas maupun yang berada di lantai yang sama. Kepanikan histeris, dan teriakan menyebut nama Yang Kuasa bergema sepanjang perjalanan kami menuju lantai bawah. Di bawah, kami pun menjumpai kerumuman yang lebih banyak. Rupanya tenant-tenant lain sudah berhamburan berkumpul di lantai bawah, berpusat di halaman lobby, bahkan ada yang sudah di jalur lambat. Terlihat banyak yang mencoba menghubungi sanak keluarga, ada banyak yang menerima panggilan telp untuk menanyakan keadaaan, ada juga yang menyempatkan diri memposting ke website jejaring sosial Facebook.
Jam 4 kami mulai satu persatu memasuki gedung kembali dan ruang kantor kembali dipenuhi karyawan. Tapi tak satupun yang masih berniat untuk melanjutkan pekerjaan. Suasana kaget, was-was, dan keinginan pulang cepat begitu terasa. Mereka sudah tidak mampu melanjutkan aktifitas kantor. Hal yang seharusnya dipahami oleh manajemen. Tapi sayangnya mereka tidak mau ambil perduli. Jangankan 'hanya' gempa seperti ini, dahulu ketika terjadi BOM meledak di kedutaan besar Australia, mereka tetap memaksa kita kembali ke aktifitas masing-masing.
Di tengah degup jantung yang berdesir sedemikian hebat, kami masih harus kembali berkutat dengan pekerjaan.
Sungguh disayangkan, manajemen sekarang sudah tidak berperikemanusiaan.
Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan, kecuali tetap berada di lingkungan kantor menunggu jam pulang, sambil mencoba menenangkan diri dengan membuka internet, membaca-baca informasi lebih lanjut tentang gempa ini, yang mudah-mudahan membuka mata hati manajemen dan membiarkan kami menenangkan diri di rumah kami dengan keluarga kami masing-masing, paling tidak untuk di sisa hari ini.
Kami hanya bisa berdoa, semoga kalaupun ada gempa susulan, kami sudah pulang dari kantor.
Kepanikan terlihat dan terasakan benar, seperti yang aku alami di gedung Century. Kantor ku yang berada di lantai 3, juga turut 'mencicipi' getaran hebat. Awalnya kami mengira dikarenakan penghuni lantai 4 yang kerap kali membuat ruang kantor kami seolah bergoyang-goyang. Tapi setelah dirasa-rasa, lantai pun bergoyang-goyang, seketika itu juga kami serentak berhamburan ke tangga darurat. Di sana kami bergabung dengan para tenant lain, dari lantai atas maupun yang berada di lantai yang sama. Kepanikan histeris, dan teriakan menyebut nama Yang Kuasa bergema sepanjang perjalanan kami menuju lantai bawah. Di bawah, kami pun menjumpai kerumuman yang lebih banyak. Rupanya tenant-tenant lain sudah berhamburan berkumpul di lantai bawah, berpusat di halaman lobby, bahkan ada yang sudah di jalur lambat. Terlihat banyak yang mencoba menghubungi sanak keluarga, ada banyak yang menerima panggilan telp untuk menanyakan keadaaan, ada juga yang menyempatkan diri memposting ke website jejaring sosial Facebook.
Jam 4 kami mulai satu persatu memasuki gedung kembali dan ruang kantor kembali dipenuhi karyawan. Tapi tak satupun yang masih berniat untuk melanjutkan pekerjaan. Suasana kaget, was-was, dan keinginan pulang cepat begitu terasa. Mereka sudah tidak mampu melanjutkan aktifitas kantor. Hal yang seharusnya dipahami oleh manajemen. Tapi sayangnya mereka tidak mau ambil perduli. Jangankan 'hanya' gempa seperti ini, dahulu ketika terjadi BOM meledak di kedutaan besar Australia, mereka tetap memaksa kita kembali ke aktifitas masing-masing.
Di tengah degup jantung yang berdesir sedemikian hebat, kami masih harus kembali berkutat dengan pekerjaan.
Sungguh disayangkan, manajemen sekarang sudah tidak berperikemanusiaan.
Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan, kecuali tetap berada di lingkungan kantor menunggu jam pulang, sambil mencoba menenangkan diri dengan membuka internet, membaca-baca informasi lebih lanjut tentang gempa ini, yang mudah-mudahan membuka mata hati manajemen dan membiarkan kami menenangkan diri di rumah kami dengan keluarga kami masing-masing, paling tidak untuk di sisa hari ini.
Kami hanya bisa berdoa, semoga kalaupun ada gempa susulan, kami sudah pulang dari kantor.
Iya....
ReplyDeleteSampe sekarang lantai masih terasa bergoyang-goyang..T_T