Thursday, September 15, 2011

Pengemis 200 Ribu

"Seorang pengemis yang ngontrak di saya bilang, paling apes mereka dalam sehari dapatnya Rp 200 ribu per hari. Tapi umumnya mereka dapat uang sekitar 500 ribu-Rp 600 ribu per hari," ujar Hanson."

Wow, minimal dapat 200 ribu sehari, pantas makin hari begitu banyak orang "berlomba-lomba" menjadi pengemis. Sebegitu hebatnya fenomena pengemis yang bisa mendapatkan uang banyak dari mengemis. Sepertinya sudah saatnya orang berhenti memberikan uang pada sosok pengemis dan mengembalikan harkat dan martabat orang Indonesia, serta mengubah mental dari orang yang mau dapat uang banyak dengan cara "mudah" dan "cepat", menjadi orang yang mau bekerja keras demi mendapat uang yang layak.

Sejak sempat mengalami beberapa kali masa kosong alias tidak mendapat pekerjaan setelah memutuskan keluar dari kantor sebelumnya, saya bisa memahami betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan, walau seorang sarjana sekalipun. Karena begitu kerasnya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Banyak sekali aturan-aturan yang diskriminative, misal dari segi gender, usia, tinggi badan, berat badan, penampilan atau pengalaman kerja.

Dengan usia yang mendekati 40 tahun, sudah banyak kesempatan kerja yang otomatis tertutup "pintu" nyaa, karena banyak yang mencari di usia yang muda, maximal 25, maximal 35, dsb.
Juga kebanyakan dari mereka hanya mencari yang sudah berpengalaman. Bagaimana orang bisa mendapatkan pengalaman, bila kesempatan bekerja saja sudah tidak ada.

Tidak heran, banyak orang yang menjadi putus asa dan berpaling pada "profesi" sebagai pengemis. Dari sisi kriminalitas, pengemis memang masih cukup "aman", ketimbang jadi pencopet, pemalak, penodong, perampok, dll. Tapi dari sisi lain, kehadiran pengemis sungguh menjadi suatu yang "mengganggu", karena umumnya mereka sungguh dalam keadaan tidak layak dipandang, kotor, berbau tidak sedap dan kadang berprilaku agresif, dengan menyentuh kita hanya untuk mendapatkan perhatian kita, dengan harapan kita memberikan uang pada mereka.

Sesungguhnya, bila kita
"sekedar" memberikan uang pada mereka, itu hanya merupakan "solusi" yang sementara, tentunya bagi mereka yang memang sudah berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak dan "terdampar" menjadi pengemis. Karena untuk mereka yang memang "mendedikasikan" diri mereka menjadi seorang pengemis, mendapatkan uang dari pengemis adalah tujuan mereka dan menjadikan mengemis sebagai pekerjaan mereka.

Dibutuhkan solusi yang permanen, efektif dan efisien untuk mengurangi jumlah pengemis yang semakin banyak. Mendirikan shelter, di mana si pengemis bisa mendapatkan tempat, makanan, sekaligus binaan untuk mencari pekerjaan, lebih bagus lagi bila mereka juga bisa mendapatkan bantuan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai kemampuan dan minat mereka. Tentunya pembinaan moral juga harus didapatkan di sini, sehingga mereka bisa melepaskan diri dari mental mengemis, khususnya pagi mereka yang selama ini memilih menjadi mengemis sebagai profesi, bukan karena tidak ada pilihan lain.

No comments:

Post a Comment