Friday, September 4, 2009

Cemburu dan Curiga

Semua manusia diberkati dengan rasa, termasuk 2 rasa tertulis di atas, 2 C, rasa cemburu dan rasa curiga. Keduanya bila dalam kadar rendah, masih membawa nilai-nilai positif. Benarkah ? Mari kita sama-sama menganalisa.
Cemburu adalah suatu perasaan di mana kita merasa diperlakukan kurang dibanding yang lainnya. Misalkan dalam hubungan kekasih, sang kekasih merasa cemburu karena ternyata kekasih pujaan nya memberi kemesraan lebih kepada seseorang dibanding kepada dirinya. Bisa saja dia itu bukan siapa-siapa, dan kemesraan itu hanya sekedar 'pemanis' dalam hubungan bisnis, kerja, dsb. Walau tetap terbuka kemungkinan, kemesraan itu untuk hal yang personal, di mana seseorang itu adalah orang ketiga dalam hubungan kekasih. Bila dalam kadar yang rendah, si kekasih pujaan merasa bangga, ternyata dia dicemburui, alias ternyata dia itu sosok yang berarti banyak buat sang kekasih, dan kekasih pujaan tidak rela kehilangan dia dan tidak rela berbagi. Dan karena kadar rendah, begitu mendapat penjelasan atau alasan logis, biasanya rasa cemburu ini tidak akan sampai mengganggu keharmonisan mereka berdua. Dan rasa cemburu kadar rendah tidak sampai 'memakan' orang yang merasa cemburu atau orang yang dicemburui. Memakan di sini dalam arti, menguasai, memonopoli, sampai orang tersebut kehilangan kesabaran, kepercayaan, logika, akal sehat, dll. Sehingga dapat dipastikan hubungan keduanya sudah tidak sehat dan tidak membawa nilai-nilai positif sekecil apapun.
Curiga adalah suatu perasaan di mana kita merasa ada sesuatu hal yang disembunyikan dan ditutup-tutupi, dan hal itu kita tahu akan membawa nilai-nilai negatif dalam hidup kita. Sama seperti rasa cemburu, di sinipun demikian, bila masih dalam kadar rendah, rasa curiga bisa membawa hal-hal positif, di mana kita bisa menjadi waspada, bisa mengambil langkah-langkah pencegahan supaya hal-hal buruk tidak terjadi atau dengan dampak yang minimal.
Tapi berbeda dengan rasa cemburu, sekali rasa curiga sudah pernah hinggap, walau dalam kadar rendah pun, tetap akan tersimpan dalam benak dan alam bawah sadar. Walau hal-hal yang membangkitkan rasa curiga sudah berlalu, dia tetap akan ada, walau tersembunyi, hidden, yang entah suatu waktu dalam kondisi yang bagaimana, rasa curiga ini akan tergelitik untuk muncul kepermukaan, dengan kadar yang sama atau lebih tinggi, karena terjadi berulang.
Sudah barang tentu, dalam hubungan antar teman, antar saudara, antar kekasih, antar pasangan, rasa curiga yang berulang, sedikit banyak mempengaruhi kadar kepercayaan, kesabaran, rasa cinta, yang pada akhirnya mempengaruhi
logika dan akal sehat. Orang yang sudah terjangkit rasa curiga, akan mudah melakukan hal-hal yang cenderung psikopat, penuh rahasia, dan memendam amarah dan keinginan balas dendam.
Jadi sudah dapat dipastikan tidak ada lagi hal-hal positif yang kita bisa alami.
Biasakanlah hidup penuh keterusterangan, bersikap terus terang, menjawab terus terang, bertanya terus terang, akan menghidarkan kita dari rasa curiga, setidaknya meminimalisir dampak dari rasa curiga. Jangan memendam rasa curiga, jangan menyimpan rasa curiga, tetapi kendalikan dengan akal sehat dan logika, disertai pola hidup jujur dan terus terang, niscaya, rasa curiga akan tetap dapat diminimalkan.

GBU all.....

No comments:

Post a Comment